Kekuasaan Yang Menyembuhkan

Banyak orang menyangka, bahwa tabib-tabib atau obat-obatan yang diberikanya telah cukup memepunyai kekuasaan buat menyembuhkan penyakit, padahal persangkaan demikian ini adalah sangat keliru sekali. Memang, ahli-ahli ilmu kimia yang pandai-pandai telah dapat memperbaiki keadaan sel-sel dalam tubuh yang hidup. Telah banyak sel-sel yang lemah diperkuat oleh mereka itu dengan biakan dan dengan zat-zat makanan. Akan tetapi, hanya oleh kehidupan asli dalam sel-sel itu dapat diadakanya pertukaran zat, dilakukannya bermacam-macam pekerjaan, dan lagi sebab kehidupan itu sajalah sel-sel dapat berkembang biak. Adapun tenaga pekerjaan ini asalanya dari Allah.

Apabila kekuasaan yang menghidupakan sel-sel ini meninggalkan manusia, maka matilah ia. Tiada sekai-kali pengetahuan dan kepandaian manusia dapat mengembalikan kehidupan itu lagi. Mereka boleh mencoba memompakan udara dengan perkakas-perkakas mutakhir ke dalam paru-paru orang yang telah mati itu, tetapi yang wafat tiada akan bernafas lagi, jika ruh kehidupan itu telah meninggalkan dia.

Nah, kekuasaan kehidupan yang telah diberikan Allah ke dalam sel-sel kita, seperti yang telah disebut di atas tadi, itulah yang menyemembuhkan penyakit kita. Kekuasaan yang menyembuhkan itu bukanlah hasil kemajuan tabib-tabib dalam ilmu ketabibannya, melainkan memang sudah ada dalam diri masing-masing individu. Kita hanya dapat memperbaiki kepandaian kita dan membantu tenaga hidup ini dengan pengetahuan kita tentang dasar-dasar ilmu ketabiban dan kesehatan.

Tetapi sungguhpun demikian, kita wajib berikhtiar. Sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu hadits:

وَفِى الْمُسْنَدْ لإِمَامْ اَحْمَدْمِنْ حَدِيْث زِيَادْبِنْ عَلَاقَةْعَنْ اُسَامَةَبِنْ شَرِيْكٍ، قَالَ: كُنْتُ

عِنْدَالنَّبِيِّ (صَلْعَمْ) وَجَاءَتِالْاَعْرَابَ فَقَالُوْا: يَارَسُوْلَاللهِ أَنَتَدَاوٰى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَاعِبَادَالله

تَدَاوَوْ! فَاِنَّاللهَ عَزَّوَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءًاَِلَّاوَضَعَ لَهُ شِفَاءًغَيْرَدَاءٍوَاحِدٍ. قَالَ: مَاهُوَ؟ قَالَ

أَلْهَرَمُ

"Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad, hadits dari Ziyad bin 'Alaqoh daripada Usamah bin Syarik, ia berkata: Tempo hari ketika saya berada di samping Rosululloh Shollalloohu 'Alaihi Wa Sallam, tiba-tiba datanglah orang-orang Arab Desa, mereka berkata: Ya Rosulullooh, apakah kami harus berobat (Jika sakit)? Rosulullooh menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab Allah Azza Wa Zalla menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan pula obat bagi penyakit itu, kecuali satu. Mereka bertanya: Apakah yang satu itu ya Rosulullooh? Jawab: Al-Haromu (Kelemahan usia lanjut/pikun)."

Memang, seringkali kita menjumpai orang yang sakit seperti kena penyakit selesma, demam yang keras atau demam typhus dapat sembuh sendiri tanpa memakan obat-obatan apapun, melainkan hanya diberikan waktu yang cukup buat beristirahat serta makanan dan air saja, maka tiada lama kemudian mereka telah sehat kembali. Ini merupakan bukti yang tidak dapat disangkal, bahwasanya memanglah ada satu kekuasaan yang dapat menyembuhkan dalam tubuh tiap-tiap manusia. Tetapi walaupun demikian, kita tetap wajib berobat.

Dengan berobat orang dapat mengetahui tabiat penyakit-penyakit serta syarat-syarat yang paling baik untuk kesehatan organ-organ di dalam tubuh si sakit, sehingga dapat dibuang benda-benda atau racun-racun yang melemahkan dan merusakkan jaringan-jaringan dan sel-sel yang dapat tumbuh dan berkembang biak, yang perlu untuk memperbaiki sekalian kerusakan dalam tubuh kita itu. Dengan demikian, kita dapat hidup lebih lama dalam kesehatan dan kesempurnaan. Lebih cepat kita mengetahui awal mula yang mendatangkan penyakit, lebih besar pula kemungkinan akan sembuh.