H. Ibrahim adalah kepala dusun pertama desa dusun Gegutu otak Reban, sekitar tahun 1945an. Beliau terkenal sebagai kadus yang gagah berani, jago silat, kebal, dan sakti mandraguna dan kaya raya, tuan tanah juga. wow, tuan tanah! Yah, wajarlah beliau dikatakan tuan tanah sebab hampir sekitar 70% dari total luas desa dusun gegutu otak reban merupakan tanah hak miliknya.
Dia adalah orang pertama yang tinggal di desa dusun Gegutu Otak Reban, jadi tanahnya banyak. Lah, wong gegutu otak reban tempo dulu masih berupa hutan semak belukar, so siapa saja yang mau membuka lahan untuk dijadikan sawah dan ladang bebas memiliki hak atas lahan hutan yang dibukanya.
Beliau juga dikenal sebagai tukang kawin. hmm, wajar juga sih beliau diberi gelar tukang kawin. Pasti kaget klo tahu berapa kali beliau kawin? Beliau kawin kurang lebihnya 13 kali. Tapi wajar sih beliau kaya plus gagah lagi, pemberani pula, so banyak kaum hawa yang kesemsem sama beliau.
Nah, ini bagian yang paling menarik dari sosok beliau, yaitu: sakti, jago silat, dan punya ilmu kebal, serta kesaktian beliau cukup terkenal hingga menggugah rasa ingin menjajal ilmu beliau oleh sekian banyak orang sakti di Pulau Lombok.
Hingga pada suatu malam ada seseorang yang juga sakti dan kebal ingin menjajal kehebatan kesaktian beliau. Orang tersebut adalah bernama BuCiok, sesosok maling begundal (Penjahat sakti) yang berasal dari desa sebelah.
Buciok ingin menjajal kesaktian H. Ibrahim dengan berpura-pura ingin mencuri seekor kuda (kendaraan elit pada jaman itu) milik H. Ibrahim. kira-kira sekitar jam 02.00 dini hari, Buciok mengendap-endap di sekitar kandang kuda milik H. Ibrahim. setelah merasa keadaan cukup aman, Buciok pun membuka kandang kuda tersebut dan mengeluarkan kuda kesayangan sang kepala dusun Gegutu Otak Reban tersebut.
H. Ibrahim sebenarnya sudah merasakan sebuah firasat akan kedatangan Buciok, berdasarkan gonggongan anjing yang tak kunjung berhenti dan juga kuda tersebut meringis-ringis terus seakan ada orang yang mengganggunya.
Setelah Buciok mengeluarkan kuda dari kandangnya, H. Ibrahim pun keluar dan mengejar maling alias Buciok tersebut tanpa berteriak (maling-maling!) meminta bantuan warga. Kejar-kejaran pun terjadi sambil mereka berbicara:
H. Ibrahim: Woy, berhenti...!
Buciok: Kalau kau berani tangkap aku.
H.Ibrahim: Aku tau kau bukannya ingin mencuri kudaku tapi kau hanya ingin menjajal ilmu kesaktianku.
Mendengar kata H. Ibrahim seperti itu Buciok pun berhenti disebuah pinggiran anak sungai. Dan terjadilah pertarungan sengit antara keduanya. Mereka saling hajar menggunakan senjata tajam (pedang), yapi mereka belum juga ada yang terluka. Pertempuran berlangsung selama ± 4 jam-an. Mereka terlihat masih sanggup untuk melanjutkan pertarungan.
Sampai pukul 6 pagi pertempuranpun masih berlangsung hingga mengundang warga yang mendengar suara pertempuran tersebut untuk menyaksikan pertempuran mereka. Hingga pada akhirnya H. Ibrahim mengeluarkan senjata andalannya, yaitu Berire, dalam bahasa sasaq lombok (sebuah senjata yang terbuat dari pohon kelapa yang dibuat menyerupai sebuah pedang).
Dan akhirnya dengan menggunakan berire Buciokpun mampu ditumbangkan dengan menusuk bagian perut dan menyayatnya hingga seiisi perutpun berhamburan keluar. Buciok yang juga diketahui memiliki ilmu Leak pun tersungkur tak bernyawa lagi.
H. Ibrahim pun menghela nafas panjang seraya merasa bangga telah menaklukkan Buciok. Warga desa dusun Gegutu Otak Reban pun heboh dan pangling menyaksikan pertarungan duel yang baru saja mereka lihat, hingga beritanya menyebar luas ke desa-desa tetangga.
Pihak keluarga Buciokpun datang untuk mengambil jasad korban pertarungan hebat tersebut tanpa menuntut pertanggung jawaban H.I brahim. Hukum di indonesia masih belum terbentuk pada saat itu sehingga masalah pembunuhan dan segala macamnya tidak dipermasalahkan, hanyalah rasa marah dan dendam saja yang tersirat di hati.
H. Ibrahim dipercayai warga setempat memiliki sebuah azimat berupa INDARUM. Konon katanya Indarum adalah sekumpulan tulisan bahasa Arab yang diambil di Kitab suci Albqur'an dan dibungkus dengan emas murni.
Indarum sendiri kalau dipakaikan ke hewan kurban pada saat hendak disembelih badan hewan tersebut tidak akan bisa tergores maupun terpotong oleh pisau, parang, celurit, golok, dan sejenis benda tajam lainnya (hm, dahsyat juga ya azimat inil), apalagi dipakai manusia, hewan saja jadi kebal.
0 Comments
Komentar